Indonesia telah memasuki babak baru dalam mengarungi kehidupan
politik, tepat pada tanggal 20 Oktober 2014 Presiden dan wakil Presiden baru
Joko Widodo dan H. M. Jusuf Kalla telah dilantik menggatikan estafet perjuangan
presiden dan wakil presiden sebelumnya Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono
yang telah bekerja selama satu periode, khusus untuk Susilo Bambang Yudhoyono
ini merupakan akhir dari sepuluh tahun atau dua periode dalam memimpin
Indonesia sejak menjadi Presiden dari tahun 2004. Selama itu juga SBY
menghadapi Pasang-Surut pertumbuhan baik dari aspek Ekonomi, Politik, Sosial
serta Budaya.
Sekarang Tonggak estafet perjuangan
telah berpindah tangan kepada Presiden dan Wakil Presiden Baru yang akan
memimpin Indonesia untuk lima tahun kedepan. Setelah melewati pertarungan yang
sangat menguras perhatian masyrakat baik domestik maupun Internasional dalam
mengikuti perkembangan dari kejadian-kejadian selama Pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden berlangsung. Dengan naik-turunnya suhu politik membuat pemilihan
presiden dan wakil presiden ini terasa melelahkan hingga hari ini pun suasana
panas dingin itu pun masih terasa.
Panas-Dinginnya Suhu politik
memiliki dampak terhadap persepsi yang berkembang ditengah-tengah masyarakat
setelah pertarungan Pilpres dilanjutkan dengan dinamika yang terjadi didalam
Parlemen dalam beberapa hari belakangan membuat masyarakat melihat ini hanya
sebatas pertarungan Kekuasaan. Beberapa Proses yang dijalani memperlihatkan
bagaimana mereka tidak bisa melepaskan egoismenya dalam memperjuangkan dan
memutuskan suatu permasalahan, dengan dua koalisi yang dibangun secara tidak
sadar juga menciptkan suasana yang sama ditengah-tengah masyarakat dimana
masyarakat memisah menjadi dua kutub yang seakan tidak bisa disatukan karena
saling bela dengan menganggap Koalisi tertentu lah yang paling benar.
Sadar akan hal itu, Joko Widodo yang
waktu itu masih menjadi presiden terpilih mencoba untuk melakukan safari
politiknya kebeberapa pimpinan partai yang termasuk kedalam koalisi yang
bersebrangan dengan partai pendukungnya, agar dengan cara itu dapat menurunkan
suhu politik yang pada saat itu pada puncaknya setelah pertarungan yang terjadi
diparlemen. Sesaat setelah apa yang di lakukan Joko Widodo dan dengan sikap terbukanya
pimpinan partai yang beliau datangi membuat suasana politik sedikit menurun,
ditambah dengan pernyataan ketua umum partai Golkar Aburizal Bakrie yang mengatakan
koalisi yang dibangun bukanlah untuk saling jegal melainkan sebagai penyeimbang
dalam menjalani roda pemerintah dalam lima tahun kedepan dengan menjalani
prinsip Chek and Balance antara dua lembaga ini menciptakan sedikit keyakinan
didalam pikiran masyrakat bahwa kedua lembaga ini memang untuk membangun dan
mendahulukan kepentingan masyarakat Indonesia.
Namun sesaat setelah safari politik
yang dilakukan presiden terpilih Joko Widodo, keluar pernyataan dari salah satu
wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat sekaligus wakil ketua umum partai Gerindra
yaitu Fadli Zon yang mengatakan bahwa tidak ada suasana politik yang perlu
dicairkan dengan anggapan bahwa memang Gerindra dan Koalisi Merah Putih (KMP)
tidak merasa ada ketegangan politik. Jika diamati pernyataan yang demikian,
Fadli Zon tidak mengamati perkembangan yang terjadi ditengah masyarakat bahwa
pada saat ini masyarakat telah terbelah menjadi dua kutub yang bersebrangan dan
terlibat saling debat tentang persoalan politik. Dengan argumen seperti ini, Fadli
zon menginginkan bahwa suasana politik yang terjadi hari ini biarkanlah seperti
ini dan pada akhirnya suasana politik kembali memanas setelah sempat mendingin
ketika safari politik yang dilakukan oleh Joko Widodo.
Namun suatu sikap yang sangat dewasa
terjadi kala Prabowo Subianto yang sebagai rival Joko Widodo dalam
memperebutkan kursi kepresidenan hadir pada saat prosesi perlantikan Presiden
dan wakil presiden baru yang berlangsung dalam gedung MPR pada tanggal 20
Oktober kemarin. Sikap seperti ini merupakan langkah baik dengan memperlihatkan
kepada masyarakat bahwa jangan lagi ada perdebatan yang tidak seharusnya
terjadi. Suasana semakin haru ketika Prabowo berdiri dan memberikan hormat
disaat Presiden Joko Widodo menyebutkan namanya dan memberikan penghormatan,
sikap yang beliau perlihatkan merupakan sikap seorang negarawan yang mana
kekalahan dalam pemilihan presiden kemarin bukanlah akhir dari perjuangan
membangun bangsa ini. Setelah itu langkah Prabowo untuk menemui wakil presiden
Jusuf Kalla sebagai langkah penting dalam membangun komunikasi politik saat
ini. Dengan sikap yang prabowo perlihatkan membuat suhu politik kembali menurun
setelah sempat kembali panas akibat dari pernyataan Fadli zon tentang tidak
adanya suasana yang perlu dicairkan. Ada keyakinan di tengah masyarakat bahwa
akan terciptanya konsolidasi politik dari dua kubu yang selama ini saliang
bertentangan yang dengan gamblang memperlihatkan egoismenya dalam memperebutkan
kekuasaan.
Saat ini asumsi kembali menerawang
dengan belum umumkannya daftar menteri yang akan mengisi kabinet Joko Widodo
dan Jusuf Kalla dalam lima tahun kedepan karena adanya daftar calon menteri
yang memiliki rapor merah dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan PPATK.
Asumsi pertama yang berkembang adalah langkah ini merupakan langkah yang
memperlihatkan Presiden Joko Widodo lambat dalam menjalani pemerintahannya dan
tidak mampu menggunakan hak prerogatif yang diberikan kepada Presiden dalam
menyusun kabinetnya. Namun dilain sisi juga ada yang beranggapan bahwa langkah
ini adalah langkah baik yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo dalam
pemerintahanya dimana tidak gegabah dalam menetapkan orang-orang untuk mengisi
posisi menteri dan sebuah kementerian, agar nanti memang akan didapatkan orang
yang tepat dan memiliki latar jejak yang bersih untuk menjadi seorang Menteri.
Dibalik semua itu, Panas-Dinginnya
suasana politik yang terjadi hari ini benar-benar disikapi dengan cerdas oleh
masyrakat hingga nanti tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat
menghindari konflik-konflik ditengah masyarakat baik itu fisik maupun secara
Pemikiran yang semua itu hanya karena terbawa suasana yang tercipta oleh para
elite-elite politik. Kedewasaan masyarakat sangat diperlukan agar nanti tidak
terlalu mudah terpancing amarah dalam mengambil kesimpulan yang sedang terjadi
pada ranah politik, kehati-hatian dalam berucap dan berasumsi sangat dibutuhkan
agar nantinya tidak ada suatu pihak yang tersinggung apalagi kebenarannya belum
jelas dan lebih kepada egoisme-egoisme pihak-pihak tertentu.
Para elite-elite politik harus bisa
mengamati perkembangan yang terjadi ditengah masyarakat, jangan sampai ada
anggapan yang mengatakan tidak terjadi apa-apa sedangkan ditataran paling bawah
sedang terjadi perpecahan akibat suasana politik yang mereka ciptakan. Menempatkan
egoisme dibawah perjuangan kepentingan Masyarakat adalah langkah yang perlu
mereka tempuh agar masyarakat memiliki keyakinan bahwa para elite-elite politik
ini memang akan memperjuangkan apa yang mereka inginkan tidak sekedar
memperjuangkan kepentingan golongan dan pribadinya saja. Kerja secara Kolektif
harus menjadi landasan mereka dalam membangun negara ini agar apa yang menjadi
harapan dan cita-cita bangsa ini dapat terwujudkan.
Sekarang Rezim telah berganti, suatu
era baru dibawah Presiden dan Wakil Presiden baru. Sudah saatnya memikirkan
bangsa dan negara dengan baik, dimana persoalan yang sedang dihadapi masyarakat
masih sangat kompleks yang harus menjadi suatu perhatian utama baik lembaga
Eksekutif maupun lembaga Legislatif untuk mereka carikan jalan keluarnya.
Lepaskan kepentingan golongan, sekarang yang harus ada hanyalah kepentingan
masyarakat yang berjuang menghadapi dinginnya hujan karena tidak memiliki
tempat tinggal, sakitnya perut karena kelaparan, gelapnya malam karena tidak
dialiri listrik, keringnya sawah karena tidak punya irigasi, susahnya hidup
karena kemiskinan, cengkraman bodoh karena rendah dan minimnya tingkat
pendidikan dan masih banyak lagi permasalahan yang seharusnya mereka carikan
jalan keluarnya, bukan siapa saja yang jadi pimpinan DPR, siapa yang jadi
pimpinan MPR dan juga bukan siapa yang menjalakan proyek-proyek yang tidak
lebih sekedar untuk golongan tertentu. Mari bersiap, mari berbenah untuk
menghadapi zaman yang akan semakin sulit untuk Indonesia yang lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar