MINERAL
A. MINERAL
Unsur mineral merupakan salah satu komponen
yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak,
protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu.
Sebagai contoh, bila bahan biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak;
sebagian besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida (CO2),
hidrogen menjadi uap air, dan nitrogen menjadi uap nitrogen (N2).
Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa
anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan antarindividu atau dengan
oksigen sehingga terbentuk garam anorganik
Berbagai unsur anorganik (mineral) terdapat
dalam bahan biologi, tetapi tidak atau belum semua mineral tersebut terbukti
esensial, sehingga ada mineral esensial dan nonesensial. Mineral esensial yaitu
mineral yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk
membantu kerja enzim atau pembentukan organ. Mineral nonesensial adalah mineral
yang perannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui dan kandungannya dalam
jaringan sangat kecil. Beberapa contoh mineral esensial yaitu natrium, klor,
kalsium, fosfor, magnesium, dan belerang, sedadankan mineral non ensensial
yaitu aluminium, boron, dan vanadium.
Ketersediaan mineral dalam tubuh dapat
dipenuhi melalui konsumsi buah-buahan, sayuran, daging, susu dan lain-lain.
Selain melalui konsumsi makanan alami tersebut, kebutuhan mineral juga dapat
dipenuhi melalui konsumsi suplemen dalam bentuk pil atau kapsul. Selain vitamin
dan antioksidan, enrichment mineral
pada bahan pangan telah secara luas dilakukan. Beberapa contoh enrichment mineral yaitu penambahan
iodium pada garam, penambahan kalsium pada susu, dan zat besi pada produk
sereal.
B.
Fungsi Mineral
Dalam tubuh, mineral-mineral ada yang bergabung dengan
zat organik, ada pula yang berbentuk ion-ion bebas. Di dalam tubuh unsur
mineral secara umum memiliki fungsi pembangunan dan pengatur. Secara lebih
detail fungsi mineral dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.
Komponen penting senyawa dalam tubuh
sebagai penyusun struktur tulang dan gigi (Kalsium dan Fosfor)
2.
Kofaktor/metaloenzim dalam reaksi biologis.
Mineral
akan berkaitan dengan enzim tertentu dan mengaktifkan enzim yang bersangkutan,
sehingga berbagai reaksi biologis dalam tubuh dapat terus berlangsung. Selain
itu, mineral berkaitan dengan komponen protein dan mempengaruhi aktivitas
protein yang bersangkutan, yakni peran besi sebagai bagian dari hemoglobin pada
sel darah merah.
3.
Fasilitator penyerapan dan transport zat
gizi.
Penyerapan
dan transport beberapa zat gizi sangat bergantung pada beberapa mineral,
seperti sodium yang berperan penting dalam penyerapan karbohidrat dan kalsium
yang memfasilitasi penyerapan vitamin B12.
4.
Menjaga keseimbangan asam-basa tubuh.
Sebagian
besar reaksi kimia di tubuh dapat berlangsung bila keasaman cairan tubuh
sedikit di atas netral. Keasaman cairan tubuh sangat ditentukan oleh
konsentrasi relative dari ion H+ dan OH- . Beberapa
mineral memiliki tendensi untuk berikatan dengan ion lainnya.
5.
Menjaga keseimbangan cairan tubuh.
Mineral
dalam bentuk ion mempunyai pengaruh besar terhadap perpindahan cairan tubuh
baik dari luar sel maupun inter sel ke pembuluh darah. Mekanisme ini secara
keseluruhan turut serta mengontrol keseimbangan cairan di seluruh tubuh
sehingga proses metabolisme dapat terus berlangsung.
6.
Penghantar impuls saraf.
Prinsip
mekanisme ini adalah perpindahan ion mineral antar sel saraf di sepanjang
serabut saraf. Mineral yang berperan terutama adalah Natrium dan Kalium yang
bekerja menghantarkan impuls antar membran sel serta kalsium yang akan
merangsang keseluruh saraf untuk mengeluarkan molekul Neuro transmitter,
mengikatnya dan menghantarkan ke sel saraf lain.
7.
Regulasi kontraksi otot, yakni mineral yang
terdapat di antara sel yang berperan dalam aktifitas otot.
Kontraksi otot memerlukan ion kalsium dalam jumlah cukup.
Sedangkan relaksasi otot dapat berlangsung normal berkat aktivitas ion Natrium,
Kalium dan Magnesium.
C.
Penggolongan mineral
dalam tubuh
Berdasarkan kegunaannya dalam aktivitas
kehidupan, mineral (logam) dibagi menjadi dua golongan, yaitu mineral logam
esensial dan nonesensial. Mineral esensial diperlukan dalam proses fisiologis
manusia, sehingga mineral golongan ini merupakan unsur nutrisi penting yang
jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses fisiologis atau disebut
penyakit defisiensi mineral. Mineral ini biasanya terikat dengan protein,
termasuk enzim untuk proses metabolisme tubuh, yaitu kalsium (Ca), fosforus
(P), kalium (K), natrium (Na), klorin (Cl), sulfur (S), magnesium (Mg), besi
(Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn), kobalt (Co), iodin (I), dan
selenium (Se). Mineral nonesensial adalah golongan mineral yang tidak berguna,
atau belum diketahui kegunaannya dalam tubuh manusia, sehingga hadirnya unsur
tersebut lebih dari normal dapat menyebabkan keracunan. Mineral tersebut bahkan
sangat berbahaya bagi makhluk hidup, seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik
(As), kadmium (Cd), dan aluminium (Al).
Berdasarkan banyaknya, mineral dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro
diperlukan atau terdapat dalam jumlah relatif besar, meliputi Ca, P, K, Na, Cl,
S, dan Mg. Mineral mikro ialah mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat
sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil,
yaitu Fe, Mo, Cu, Zn, Mn, Co, I, dan Se. Berikut tabel yang menampilkan mineral
makro dan mikro dan jumlahnya dalam tubuh:
D.
Mineral Makro
Mineral makro merupakan mineral yang diperlukan untuk
membentuk komponen organ di dalam tubuh. Unsur-unsur mineral ini terdapat dalam
tubuh dalam jumlah yang besar dan dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang
besar pula (lebih dari 100mg/hari). Yang
termasuk dalam kelompok mineral makro ini antara lain: Kalsium,
Fosfor, Magnesium, Natrium, Kalium, Klorida dan Sulfur.
1.
Natrium
(Na) dan klorida (Cl)
Natrium (Na) dan klorida (Cl) biasanya berhubungan
sangat erat baik sebagai bahan makanan maupun fungsinya dalam tubuh. Sebagian
besar natrium didapat dalam plasma darah dan dalam cairan di luar sel (ekstraseluler);
beberapa diantaranya terdapat dalam tulang. Jumlah natrium dalam badan manusia
diperkirakan sekitar 100-110g. Natrium bergabung degan klorida membentuk NaCl
seperti halnya garam dapur. Klorida banyak terdapat pada plasma darah, dalam
kelenjar pencernaan lambung sebagai asam klorida (HCl). Ion klorida
mengaktifkan enzim amilase dalam mulut untuk memecah pati yang dikonsumsi.
Sebagai bagian terbesar dari cairan ekstraseluler, natrium dan klorida membantu
mempeahankan tekanan osmotik, di samping juga membantu menjaga keseimbangan
asam dan basa.
Makanan yang mengandung kurang dari 0,3%
natrium akan terasa hambar sehingga tidak disenangi. Konsumsi natrium
bervariasi terhadap suhu dan daerah tempat tinggal, dengan kisaran dari 2 g
sampai 10 g per hari. Pengaturan konsentrasi natrium, cairan badan, dan
keseimbangan natrium dilakukan melalui ginjal.
Pada orang sehat jarang sekali ditemukan
kasus kekurangan natrium. Tanda pertama kekurangan natrium adalah rasa haus.
Bila terjadi kekurangan natrium, maka cairan ekstraseluler berkurang, tekanan
osmotik dalam cairan tubuh tubuh menurun
menyebabkan air dari cairan ekstraseluler masuk ke dalam sel, sehingga
tekanan osmotik dari cairan ekstraseluler meningkat. Volume cairan, termasuk
darah akan menurun, mengakibatkan penurunan tekanan darah. Pada keadaan
hilangnya banyak natrium, orang akan muntah-muntah atau diare karena cairan
yang ada dalam usus banyak mengandung natrium.
Keadaan hipertensi (tekanan darah tinggi)
banyak ditemukan pada masyarakat yang mengkonsumsi natrium dalam jumlah besar.
Natrium yang terlalu banyak ditandai dengan pengembangan volume cairan
ekstraseluler yang menyebabkan oedem. Kadar natrium dalam darah tidak
dapat digunakan sebagai indikator status natrium dalam tubuh. Indikator yang
baik bagi keseimbangan natrium adalah keadaan kardiovaskuler, seperti pulsa
(denyut) nadi dan tekanan darah, juga pengeluaran natrium di dalam urin.
Sumber natrium adalah garam dapur, mono
sodium glutamat (MSG), kecap dan makanan lain yang diawetkan dengan garam
dapur. Di antara makanan yang belum diolah, sayuran dan buah mengandung paling
sedikit natrium (lihat table 6.2). Klor
dalam produk pangan sering terdapat dalam bentuk garam dapur (NaCl). Keberadaan
klor dalam bahan pangan sering terkait dengan keberadaan natrium
2.
Kalium
Seperti halnya natrium, kalium merupakan
ion bermuatan positif, akan tetapi berbeda dengan natrium, kalium terutama
terdapat di dalam sel. Perbandingan natrium dan kalium di dalam cairan
intraselular adalah 1:10, sedangkan di dalam cairan ekstraseluler 28: 1.
Sebanyak 95% kalium tubuh berada di dalam cairan intraseluler.
Kalium diabsorpsi dengan mudah dalam usus
halus. Sebanyak 80—90% kalium yang dimakan diekskresikan melalui urin,
selebihnya dikeluarkan melalui feses dan sedikit melalui keringat dan saluran
lambung. Taraf kalium normal darah dipelihara oleh ginjal melalui kemampuannya
menyaring, mengabsorpsi kembali dan mengeluarkan kalium di bawah pengaruh aldosteron.
Kalium dikeluarkan dalam bentuk ion dengan menggantikan ion natrium melalui mekanisme pertukaran di dalam tubula ginjal.
Bersama natrium, kalium memegang peranan
dalam pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asarn
basa. Bersama kalsium, kalium berperan dalam transmisi saraf dan relaksasi
otot. Di dalam sel, kalium berfungsi sebagai katalisator dalam banyak reaksi
biologik, terutama dalam merabolisme energi dan sintesis glikogen dan protein.
Kalium berperan dalam pertumbuhan sel. Taraf kalium dalarn otot berhubungan
deagan masa otot dan simpanan glikogen, oleh karena itu bila otot berada dalam
pembentukan dibutuhkan kalium dalam jumlah cukup. Tekanan darah normal
mernerlukan perbandingan antara natrium dan kalium yang sesuai di dalam tubuh.
Karena merupakan bagian esensial semua sel
hidup, kalium banyak terdapat dalam bahan makanan, baik tumbuh-tumbuhan maupun
hewan. Kekurangan kalium jarang terjadi. Kebutuhan minimum akan kalium ditaksir
sebanyak 2000 mg sehari.
Kalium terdapat di dalam semua makanan
berasal dan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Sumber utama adalah makanan mentah
segar, terutama buah, sayuran, dan kacang-kacangan
3.
Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling
banyak terdapat di dalam tubuh, yaitu 1,5—2% dan berat badan orang dewasa atau
kurang lebih sebanyak 1 kg. Dan jumlah ini, 99% berada di dalam jaringan keras,
yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit [(3Ca3(P04)2.Ca(OH)2].
Kalsium tulang berada dalam keadaan seimbang dengan kalsium plasma pada
konsentrasi kurang lebih 2,25—2,60 mmol/I (9—10,4 mg/100 ml). Densitas tulang
berbeda menurut umur, meningkat pada bagian pertama kehidupan dan menurun
secara berangsur setelah dewasa. Selebihnya kalsium tersebar luas di dalam
tubuh. Di dalam cairan ekstraselular dan intraselular kalsium memegang peranan
penting dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk transmisi saraf kontraksi
otot, pembentukan tulang dan gigi, penggumpalan darah dan menjaga permeabiitas
membran sel. Kalsium mengatur pekerjaan hormon-hormon dan faktor pertumbuhan.
Kalsium dalam peranannya dalam tubuh dipengaruhi oleh komponen nutrisi yang
lain yaitu vitamin D.
Dalam tubuh vitamin D berperan:
a.
Merangsang
absorpsi kalsium oleh saluran cerna.
b.
Merangsang
pelepasan kalsium dari tulang kedalam darah.
c.
Menunjang
reabsorpsi kalsium dari dalam ginjal.
Meperhatikan pentingnya kalsium bagi tubuh
maka kebutuhan kalsium ditetapkan sebagai berikut: Bayi (300-400 mg); anak-anak
500 mg; remaja 600-700 mg; dewasa 500-800 mg; dan ibu hamil menyusui kurang
lebih 400 mg.
Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil
susu, seperti keju. Ikan dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan
sumber kalsium yang baik. Serealia, kacang-kacangan dan hasil kacang-kacangan,
tahu dan tempe, dan sayuran hijau merupakan sumbër kalsium yang baik juga,
tetapi bahan makanan ini mengandung banyak zat yang menghambat penyerapan
kalsium seperti serat, fitat dan oksalat. Susu nonfat merupakan sumber terbaik
kalsium. karena ketersediaan biologiknya yang tinggi. Kebutuhan kalsium akan
terpenuhi bila kita makan makanan yang seimbang tiap hari.
Kekurangan kalsium pada masa
pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah
bengkok dan rapuh. Semua orang dewasa, terutama sesudah usia 50 tahun,
kehilangan kalsium dan tulangnya. Tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Hal mm
dinamakan osteoporosis yang dapat dipercepat oleh keadaan stres sehari-sehari.
Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki dan lebih
banyak pada orang kulit putih dibandingkan kulit berwarna.
4.
Fosfor
Fosfor (P) merupakan mineral kedua terbanyak dalam
tubuh, yaitu sekitar 1%. Peranan fosfor untuk pembentukan tulang dan gigi,
penyimpanan dan pengeluaran energi (perubahan ATP dengan ADP). Angka kecukupan gizi rata-rata untuk fosfor adalah bayi: 200-250 mg; anak-anak 250-400g,
remaja dan dewasa 400-500 mg dan ibu hamil menyusui yaitu 200-300 mg. Untuk
memenuhi kebutuhan harian fosfor maka perlu dikonsumsi makanan dengan kadar
protein tinggi seperti daging, unggas, ikan dan telur, biji-bijian terutama
bagian lembaganya dan biji-bijian utuh (pecah kulit).
5.
Magnesium
Magnesium (Mg) terdapat dalam tulang,
jaringan lemak seperti otot dan hati, serta cairan ekstraseluler. Magnesium
merupakan aktivator enzim peptidase dan enzim lain yang kerjanya memecah dan
memindahkan gugus fosfat (fosfatase). Magnesium Sulfat /MgSO4 (garam inggris)
dalam dosis besar (± 30g) sering digunakan sebagai obat pencuci perut (laxative).
MgSO4 tersebut akan meningkatkan tekanan osmotik sehingga menarik air ke dalam
usus kecil, akibatnya lebih mudah buang air besar. Kekurangan magnesium akan
menyebabkan hypomagnesema dengan gejala denyut jantung tidak teratur,
insomnia, lemah otot, kejang kaki, serta telapak kaki dan tangan gemetar.
Kecukupan magnesium rata-rata perhari
ditetapkan 4.5 mg/kg berat badan . Untuk laki-laki dewasa ditetapkan 280 mg/
hari dan untuk wanita dewasa 250 mg/hari.
Sumber utama magnesium adalah sayuran
hijau, serealia, biji-bijian dan kacang-kacangan. Daging, susu dan hasilnya
serta coklat juga merupakan sumber magnesium yang baik.
6.
Sulfur
Sulfur (S) terdapat dalam asam amino
metionin, sistein dan sistin, tiamin dan biotin. Bagian-bagian tubuh yang
mengandung sulfur adalah jaringan pengikat, kulit, kuku, dan rambut. Senyawa
sulfur sangat berperan dalam berbagai reaksi oksidasi reduksi, terdapat dalam
berbagai koenzim, misalnya koenzim A, tiamin, biotin, dan glutation (tripeptida
dari asam glutamat, sistein, dan glisin). Konsentrasi glutation sangat tinggi
dalam butir darah merah, kulit, rambut, tulang rawan, kuku yang banyak
mengandung jaringan ikat yang bersifat kaku.
Sulfur sebagian besar diekskresikan melalui urin sebagai ion bebas SO42-.
Sulfur juga merupakan salah satu elektrolit intraseluler yang terdapat di dalam
plasma dalam konsentrasi rendah. Kecukupan sehari-hari sulfur tidak ditetapkan
dan hingga sekarang belum diketahui adanya kekurangan sulfur. Kekurangan sulfur
tidak akan terjadi selama konsumsi harian protein cukup.
E. Mineral Mikro
Mineral mikro ialah mineral yang diperlukan
dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan
konsentrasi sangat kecil. Mineral mikro termasuk dalam golongan mineral ensensial untuk kehidupan karena
peranannya dalam menunjang kesehatan dan reproduksi. Mineral mikro atau trace
element karena kebutuhannya sangat kecil yaitu kurang daro 100 mg per hari.
Beberapa mineral yang termasuk mineral mikro yaitu besi (Fe), tembaga (Cu),
seng (Zn), Iodium (I), selenium (Se), molibden (Mo), mangan (Mn), flour (F),
krom (Cr).
1.
Besi (Fe)
Besi dalam tubuh manusia sebagian terletak
dalam sel-sel darah merah sebagai heme,
suatu pigmen yang mengandung inti sebuah atom besi. Dalam sebuah molekul
hemoglobin terdapat empat heme. Sel darah merah mempunyai masa hidup yang
terbatas yaitu hanya 120 hari. Di dalam tubuh terdapat sebanyak 20.000 milyar
sel darah merah. Jangka hidup tersebut memberi gambaran bahwa sel-sel darah
merah dirusak dan diproduksi pada kecepatan 115 juta butir per menit. Perusakan
sel darah merah terjadi di dalam limpa, dan besi yang telah lepas digunakan
kembali dalam metabolisme.
Besi juga terdapat dalam sel-sel otot,
khususnya dalam mioglobin. Berbeda dengan hemoglobin, mioglobin terdiri dan
satu pigmen heme untuk setiap protein. Besi (Fe) yang ada dalam tubuh berasal
dari tiga sumber yaitu besi yang diperoleh dari hasil perusakan sel-sel darah
merah (hemolisis), besi yang diambil dari penyimpanan dalam badan, dan besi
yang diserap dari saluran pencernaan. Dari ketiga sumber tersebut besi hasil
hemolisis merupakan sumber utama. Pada manusia yang normal kira-kira 20-25 mg
besi per hari berasal dan besi hemolisis dan hanya sekitar 1 mg berasal dan
makanan. Pada saluran pencernaan besi mengalami proses reduksi dan bentuk feri
(Fe+) menjadi fero (Fe++)
yang mudah diserap.
Sumber besi yang baik adalah dari makanan
hewani seperti daging, ayam dan ikan. Sumber besi yang lainnya yaitu telur,
serealia, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan beberapa jenis buah.
Jumlah besi yang dikeluarkan tubuh sekitar
1,0 mg per hari untuk wanita masih ditambah 0,5 mg hilang karena menstruasi.
Karena jumlah besi yang diserap hanya sekitar 10%, maka konsumsi yang
dianjurkan adalah 10 mg untuk orang dewasa per hari, atau 18 mg untuk wanita
dengan usia 11 - 50 tahun.
Zat besi dalam tubuh berperan penting dalam
berbagai reaksi biokimia, antara lain dalam memproduksi sel darah merah. Sel
ini sangat diperlukan untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Zat
besi berperan sebagai pembawa oksigen, bukan saja oksigen pernapasan menuju
jaringan, tetapi juga dalam jaringan atau dalam sel. Zat besi bukan hanya
diperlukan dalam pembentukan darah, tetapi juga sebagai bagian dari beberapa
enzim hemoprotein). Enzim ini memegang peran penting dalam proses
oksidasi-reduksi dalam sel. Sitokrom merupakan senyawa heme protein yang
bertindak sebagai agens dalam perpindahan elektron pada reaksi oksidasi-reduksi
di dalam sel. Zat besi juga berfungsi dalam susunan enzim dalam proses
pigmentasi. Kekurangan mengkonsumsi besi dapat menyebabkan anemia.
2.
Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) merupakan mineral mikro karena
keberadaannya dalam tubuh sangat sedikit namun diperlukan dalam proses
fisiologis. Di alam, Cu ditemukan dalam bentuk senyawa sulfida (CuS). Walaupun
dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit, bila kelebihan dapat mengganggu
kesehatan atau mengakibatkan keracunan. Namun bila terjadi kekurangan Cu dalam
darah dapat menyebabkan anemia yang merupakan gejala umum, pertumbuhan
terhambat, kerusakan tulang, depigmentasi rambut dan bulu, pertumbuhan bulu
abnormal, dan gangguan gastrointestinal. Dalam melakukan fungsinya dalam tubuh,
tembaga berinteraksi dengan seng, molibden, belerang, dan vitamin C.
3.
Seng (Zn)
Seng (Zn) ditemukan hampir dalam seluruh
jaringan hewan. Seng lebih banyak terakumulasi dalam tulang dibanding dalam
hati yang merupakan organ utama penyimpan mineral mikro. Jumlah terbanyak
terdapat dalam jaringan epidermal (kulit, rambut, dan bulu), dan sedikit dalam
tulang, otot, darah, dan enzim. Seng merupakan komponen penting dalam enzim,
seperti karbonik-anhidrase dalam sel darah merah serta karboksi peptidase dan
dehidrogenase dalam hati. Sebagai kofaktor, seng dapat meningkatkan aktivitas
enzim.
Seng dalam protein nabati kurang tersedia
dan lebih sulit digunakan tubuh daripada seng dalam protein hewani (hati,
kerang, daging dan telur). Hal tersebut mungkin disebabkan adanya asam fitrat
yang mampu mengikat ion-ion logam.
Angka kecukupan seng pada bayi 3-5 mg, remaja dan orang dewasa 15 mg,
ibu hamil ditambahkan 20 mg dan ibu menyusui 25 mg.
Kekurangan zink dapat mengakibatkan
gangguan pertumbuhan, gangguan fungsi pancreas, kerusakan permukaan saluran
cerna, diare, gangguan sistim syaraf, gangguan metabolisme vitamin A dan
perlambatan penyembuhan luka.
4.
Iodium
Iodin (I) diperlukan tubuh untuk membentuk
tiroksin, suatu hormon dalam kelenjar tiroid. Tiroksin merupakan hormone utama
yang dikeluarkan oleh kelenjar tiroid. Setiap molekul tiroksin mengandung empat
atom iodine. Sebagian besar iodin diserap melalui usus halus, dan sebagian kecil
langsung masuk ke dalam saluran darah melalui dinding lambung. Sebagian iodin
masuk ke dalam kelenjar tiroid, yang kadarnya 25 kali lebih tinggi dibanding
yang ada dalam darah. Namun bila jumlah yang sedikit ini tidak terdapat dalam
bahan pakan maka ternak akan kekurangan iodin. Lebih dari setengah iodin dalam
tubuh terdapat pada kelenjar perisai (tiroid). Meskipun sebagian besar iodin
tubuh terdapat dalam kelenjar tiroid, iodin juga ditemukan dalam kelenjar
ludah, lambung, usus halus, kulit, rambut, kelenjar susu, plasenta, dan
ovarium.
Makanan-makanan dari laut, ganggang laut
merupakan sumber iodium penting. Ikan laut lebih banyak mengandung iodium
daripada ikan air tawar. Daun dan bunga tanaman lebih banyak mengandung iodium
daripada bagian umbi ataupun bagian tanaman lain. Pada umumnya biji-bijian
mengandung sangat sedikit iodium.
5.
Mangan (Mn)
Mangan (Mn) merupakan kofaktor beberapa
enzim penting. Sebagai contoh dalam proses sintesis kolesterol dari asetilkoA,
diperlukan enzim yang mengandung mangan yaitu enzim mevalonat kinase. Dalam
pencernaan protein salah satu enzim peptidase memerlukan ion mangan atau ion
kobalt sebagai kofaktor.
6.
Kobalt (Co)
Kobalt (Co) merupakan bagian dari molekul
vitamin B12. Bahan nabati tidak mengandung cobalt kecuali komprey. Pada makanan
fermentasi seperti oncom dan tempe ditemukan vitamin B12 dalam jumlah yang
relatif besar.
7.
Flour (F)
Flour (F) penting dalam pertumbuhan dan
pembentukan struktur gigi agar mempunyai daya tahan yang maksimal terhadap
penyakit gigi (caries). Flour terdapat dalam tanaman, ikan, dan makanan
hasil ternak. Konsumsi fluorida dari bahan makanan sehari-hari diperkirakan
0,2-0,3 mg. Makanan dari laut mengandung 5-15 ppm fluorida dan teh mengandung
75-100 ppm. Makanan dapat menyerap fluorida bila dimasak pada air yang telah
mengalami fluoridasi.
8.
Kromium (Cr)
Kromium (Cr) berperan dalam glucose tolerance.
Glucose tolerance adalah waktu yang diperlukan oleh gula dalam darah untuk
kembali pada kadar normal bila manusia yang puasa mengkonsumsi gula. Waktu
tersebut secara normal sekitar 2,5 jam. Bila lebih dari waktu tersebut dianggap
glucose tolerance-nya terganggu. Dengan pemberian kromium glucose
tolerance nya dapat diperbaiki. Kromium banyak dikandung dalam keju,
biji-bijian, peanut butter, daging dan ragi. Se (Selenium) diperkirakan
dapat meningkatkan kepekaan anak terhadap kerusakan gigi.
0 komentar:
Posting Komentar