Rakyat Jembatan Penguasa
(
Tak berguna, bubarkan saja parlemen ! )
menyonsong
pemilu 2014
Manisnya janji para elit politik
yang disampaikan kepada rakyat seakan mereka adalah sang “superhero” yang
datang seperti kalanya seorang anak-anak yang membutuhkan pahlawan dari
serangan “Monster”. Tapi superhero yang ada di film anak-anak itu benar-benar
datang untuk menolong manusia yang sedang membutuhkan, lain halnya dengan para
elit penguasa politik yang tampil didepan rakyat seperti bak pahlawan yang akan
menolong rakyat dari kesengsaraan, membebaskan dari rantai kemiskinan,
melepaskan dari kesenjangan sosial.
“Saya akan melakukan apapun untuk masyarakat,
nyawaku akan kupertaruhkan untuk rakyat” begitulah ungkapan para elit politik
mengumbar janji didepan rakyat, seakan benar-benar akan membawa masyarakat
menuju kehidupan yang sejahtera dengan gaya meyakinkan membuat masyarakat
terhanyut dalam manisnya kata-kata. Juga dengan bersumpah atas nama Tuhan
didalam rumah ibadah, apapun akan dilakukan para elit politik untuk mendapatkan
simpati dari masyarakat, dengan gaya nasionalis maupun dengan gaya religius bak seperti ulama besar yang
memberikan pencerahan didepan masyarakat.
Setelah itu apa yang terjadi, dimana
janji itu? Tuntutan ini adalah tututan yang telah basi membuat rakyat tak lagi mempunyai suara untuk
meminta itu, mulut rakyat sudah tak lagi bisa terbuka karena letihnya menyuarakannya,
niat baik untuk rakyat itu bukan lagi untuk rakyat. Patut dipertanyakan, NIAT
BAIK SAUDARA UNTUK SIAPA ? atau niat baik itu hanya untuk anda sendiri dengan
memperkaya diri. Sebenarnya pertanyaan ini tak perlu lagi dijawab karena sudah
jelas jawabannya, para elit politik itu hanya mementingkan dirinya sendiri.
Suara yang ada di parlemen bukanlah suara rakyat tapi suara partai, jika ada persoalan
yang butuh untuk bersikap mereka bukan memperjuangkan rakyat tapi bagaimana
caranya untuk memperjuangkan kepentingan partainya.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), masih
adakah yang percaya bahwa mereka merupakan perwakilan kita? Masih teringat dalam beberapa sidang anggota
DPR seperti Kasus Bank Century dan Sidang Kenaikan BBM, jelas terlihat disana
suara-suara yang menggema bukanlah suara rakyat tapi lebih tepatnya merupakan
suara partai yang mengusungnya. Ketika Pimpinan Partainya memilih opsi A semua
anggota DPR dari Partai tersebut memilih opsi A. Para Anggota DPR itu lebih
takut kepada pimpinan Partainya ketimbang kepada janji dan tujuan awalnya untuk
memperjuangkan suara rakyat.
Jadi kami ini apa bagimu? Wahai
engkau elit-elit politik yang “terhormat” masih ingat dengan janji
perjuanganmu, apa kalian masih mendengarkan kami? kalian duduk dikursi mewah
itu untuk memperjuangan suara kami bukan untuk memperjuangkan kantong pribadi !.
Namun, sekarang kalian seakan lupa dengan idealisme yang kalian lihatkan
sewaktu berdiri didepan kami, kalian lupa kami, kalian “tuli” tak lagi mau
mendengarkan kami, ketika duduk dikursi mewah itu kalian lupa tujuan kalian,
ingat kalian juga rakyat yang kami “percaya” untuk memperjuangkan suara kami,
dimana kalian, untuk siapa kalian, dimana kami buat kalian, apa kami ada dikaki
kalian bagaikan pijakan untuk mendapatkan kekuasaan, sungguh sadis kalian !
Hampir lima tahun berlalu sekarang
kalian kami lihat kembali, apa yang kalian cari ? kalian ingin menjadi pahlawan
kami lagi, ingin memperjuangkan suara kami, ingin membawa kami hidup lebih baik
? ternyata PEMILU sudah semakin dekat para calon-calon itu ternyata ingin
mencari jembatan lagi untuk mendapatkan kekuasaannya. Sekarang sedang banyak
pahlawan-pahlawan yang lagi berkeliaran untuk mencari orang-orang yang lagi
kesusahan, para elit politik itu seakan senang melihat rakyat yang lagi kesusahan
karena orang-orang yang lagi susah itu adalah lumbung suara buat mereka.

0 komentar:
Posting Komentar