Jumat, 22 November 2013

Rakyat Jembatan Penguasa

Rakyat Jembatan Penguasa
( Tak berguna, bubarkan saja parlemen ! )
menyonsong pemilu 2014

            Manisnya janji para elit politik yang disampaikan kepada rakyat seakan mereka adalah sang “superhero” yang datang seperti kalanya seorang anak-anak yang membutuhkan pahlawan dari serangan “Monster”. Tapi superhero yang ada di film anak-anak itu benar-benar datang untuk menolong manusia yang sedang membutuhkan, lain halnya dengan para elit penguasa politik yang tampil didepan rakyat seperti bak pahlawan yang akan menolong rakyat dari kesengsaraan, membebaskan dari rantai kemiskinan, melepaskan dari kesenjangan sosial.
            “Saya akan melakukan apapun untuk masyarakat, nyawaku akan kupertaruhkan untuk rakyat” begitulah ungkapan para elit politik mengumbar janji didepan rakyat, seakan benar-benar akan membawa masyarakat menuju kehidupan yang sejahtera dengan gaya meyakinkan membuat masyarakat terhanyut dalam manisnya kata-kata. Juga dengan bersumpah atas nama Tuhan didalam rumah ibadah, apapun akan dilakukan para elit politik untuk mendapatkan simpati dari masyarakat, dengan gaya nasionalis maupun dengan gaya religius bak seperti ulama besar yang memberikan pencerahan didepan masyarakat.
            Setelah itu apa yang terjadi, dimana janji itu? Tuntutan ini adalah tututan yang telah basi  membuat rakyat tak lagi mempunyai suara untuk meminta itu, mulut rakyat sudah tak lagi bisa terbuka karena letihnya menyuarakannya, niat baik untuk rakyat itu bukan lagi untuk rakyat. Patut dipertanyakan, NIAT BAIK SAUDARA UNTUK SIAPA ? atau niat baik itu hanya untuk anda sendiri dengan memperkaya diri. Sebenarnya pertanyaan ini tak perlu lagi dijawab karena sudah jelas jawabannya, para elit politik itu hanya mementingkan dirinya sendiri. Suara yang ada di parlemen bukanlah suara rakyat tapi suara partai, jika ada persoalan yang butuh untuk bersikap mereka bukan memperjuangkan rakyat tapi bagaimana caranya untuk memperjuangkan kepentingan partainya.
            Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), masih adakah yang percaya bahwa mereka merupakan perwakilan kita?  Masih teringat dalam beberapa sidang anggota DPR seperti Kasus Bank Century dan Sidang Kenaikan BBM, jelas terlihat disana suara-suara yang menggema bukanlah suara rakyat tapi lebih tepatnya merupakan suara partai yang mengusungnya. Ketika Pimpinan Partainya memilih opsi A semua anggota DPR dari Partai tersebut memilih opsi A. Para Anggota DPR itu lebih takut kepada pimpinan Partainya ketimbang kepada janji dan tujuan awalnya untuk memperjuangkan suara rakyat.
            Jadi kami ini apa bagimu? Wahai engkau elit-elit politik yang “terhormat” masih ingat dengan janji perjuanganmu, apa kalian masih mendengarkan kami? kalian duduk dikursi mewah itu untuk memperjuangan suara kami bukan untuk memperjuangkan kantong pribadi !. Namun, sekarang kalian seakan lupa dengan idealisme yang kalian lihatkan sewaktu berdiri didepan kami, kalian lupa kami, kalian “tuli” tak lagi mau mendengarkan kami, ketika duduk dikursi mewah itu kalian lupa tujuan kalian, ingat kalian juga rakyat yang kami “percaya” untuk memperjuangkan suara kami, dimana kalian, untuk siapa kalian, dimana kami buat kalian, apa kami ada dikaki kalian bagaikan pijakan untuk mendapatkan kekuasaan, sungguh sadis kalian !
            Hampir lima tahun berlalu sekarang kalian kami lihat kembali, apa yang kalian cari ? kalian ingin menjadi pahlawan kami lagi, ingin memperjuangkan suara kami, ingin membawa kami hidup lebih baik ? ternyata PEMILU sudah semakin dekat para calon-calon itu ternyata ingin mencari jembatan lagi untuk mendapatkan kekuasaannya. Sekarang sedang banyak pahlawan-pahlawan yang lagi berkeliaran untuk mencari orang-orang yang lagi kesusahan, para elit politik itu seakan senang melihat rakyat yang lagi kesusahan karena orang-orang yang lagi susah itu adalah lumbung suara buat mereka.
            Layaknya lembaga legislatif itu dibubarkan saja dari pada menghabiskan uang rakyat, tak ada gunanya bagi kami. Betapa banyak sikap Anggota Dewan yang tidak mencerminkan sikap sebagai orang kami percaya, kasus nonton video porno dalam sidang, tidur saat sidang, tidak hadir dalam sidang, kasus prostitusi, kasus korupsi dan masih banyak kasus lain yang melibatkan anggota DPR, itu semuanya memperjelas seperti apa kualitas dari orang-orang yang katanya akan memperjuangkan suara rakyat tersebut. Jika memang kalian peduli, kemana kalian selama ini ?

0 komentar:

Posting Komentar