Muslimin Harist Pratama

Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Andalas Angkatan 2013,berasal dari Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

HIMPUNAN MAHASISWA PELAJAR SUNGAI LUNDANG DESA BARU

Organisasi di Kenegarian Sungai Lundang Desa Baru

CONTACT PERSON

Berbagi ilmu, perngetahuan dan pengalaman suatu hal yang luar biasa

Senin, 28 November 2016

Gerindra Harus Tetap diluar Koalisi


Kegaduhan politik yang terjadi baru-baru ini, menyisakan cerita menarik dalam tubuh koalisi partai pengusung pemerintah. Kasus yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta non aktif, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok atas dugaan penistaaan agama yang dilakukannya pada saat kunjungan kerja di Kepulauan Seribu beberapa waktu yang lalu, membuat efek yang sangat serius bagi kalangan umat Islam di Indonesia terkait surat Al Maidah ayat 51. Ucapan yang dikeluarkan Ahok berujung kepada demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh umat islam pada tanggal 4 november lalu.
Dengan tingginya tekanan yang didapat pemerintah baik dari massa yang turun dalam demontrasi di Jakarta maupun di beberapa wilayah Indonesia lainnya, membuat Presiden Jokowi begitu aktif melakukan safari politiknya keberbagai ormas-ormas islam seperti PB Nahdatul Ulama dan PP Muhammadyah, aparat kemananan TNI dan Polri, maupun kepada tokoh-tokoh politik, seperti ketua umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Gerindra Merapat?
Safari politik yang dilakukan oleh Presiden Jokowi kepada Prabowo Subianto, mengeluarkan pertanyaan baru, apakah Gerindra akan merapat ke koalisi pemerintah seperti halnya yang dilakukan oleh Partai Golkar dan PAN? Terlebih lagi pernyataan yang dikeluarkan oleh Prabowo setelah pertemuannya dengan Jokowi bahwa siap membantu pemerintah dimanapun dan kapanpun. Tentu pernyataan Prabowo tersebut tidak bisa kita anggap sebagai pernyataan yang biasa-biasa saja, terlebih lagi safari ke partai politik yang diakukan Jokowi hanya kepada Prabowo akan tetapi tidak dilakukan kepada Susilo Bambang Yudhoyono yang juga sebagai ketua umum partai dan tokoh politik yang cukup berpengaruh. Presiden Jokowi tentu melakukan safari dengan melihat posisi dan partai politiknya, hal ini sedikit menguatkan bahwa Presiden Jokowi mencoba untuk melakukan pendekatan agar Gerindra mau bergabung dengan koalisi pemerintah.
Jika hal tersebut terjadi, ini bukan suatu yang bagus dalam perpolitikan di Indonesia saat ini, apalagi jika melihat kedudukannya pemerintah didalam parlemen. Ketimpangan akan terjadi antara koalisi pemerintah dan oposisi akan semakin jauh. Saat ini saja, koalisi partai pendukung pemerintah diparlemen menggungguli partai non-pendukung pemerintah setelah bergabungnya Partai Golkar dan PAN beberapa waktu yang lalu.
Sebagai sebuah negara dengan menggunakan konsep Trias Politica, kehadiran parlemen sebagai lembaga legislatif yang memiliki fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan tentulah harus memiliki kekuatan yang berimbang. Koalisi pendukung pemerintah tidak boleh terlalu besar dan juga tidak boleh terlalu kecil, karena akan berpengaruh terhadap stabilitas pemerintahan maupun parlemen itu sendiri.
Pemerintah dan Parlemen harus tetap menjaga posisi Chek and Balance agar setiap kebijakan yang dikeluarkan memiliki pandangan yang berimbang. Hal ini akan terabaikan jika kekuatan pemerintah begitu besar dengan dukungan partai politik, dimana sebuah kebijakan yang dianggap tidak tepat sasaran ataupun tidak begitu berpihak kepada rakyat akan mudah mendapatkan legitimasi dari parlemen. Fungsi pengawasan tidak begitu baik disaat parlemen sebagian besar diisi oleh anggota-anggota DPR yang berasal dari partai pendukung pemerintah.
Oleh karena itu, sebagai salah satu partai besar dan juga memiliki anggota diparlemen yang cukup banyak, Partai Gerindra haruslah bertahan dengan posisinya saat ini. Kehadiran Gerindra sebagai partai yang berada diluar koalisi pemerintah sedikit dapat menjaga Chek and Balance, walaupun sebenarnya saat ini partai pengusung pemerintah sedikit mengungguli partai non-koalisi. Hal itu akan bertambah buruk ketika Gerindra tertarik untuk bergabung. 

Keberadaan PAN dan PPP harus dievaluasi
Partai Amanat Nasional dan Partai Persatuan Pembangunan, adalah partai yang sebenarnya diharapkan Jokowi untuk dapat memberikan dukungan disaat situasi politik mengalami kegaduhan karena isu agama. Sebagai partai yang berbasis Islam, PAN dan PPP mempunyai peranan besar dalam memberikan dukungan terhadap pemerintah. Namun, hal ini tidak begitu terlihat ketika aksi 11 November itu terjadi, sebagian kalangan menganggap bahwa PAN dan PPP seperti meninggalkan Presiden Jokowi ditengah gelombang tuntutan atas dasar penistaan agama islam.
Dengan kondisi seperti ini, Presiden dan partai koalisi yang lain mestinya melakukan konsolidasi kembali terkait bagaimana dukungan mereka terhadap Jokowi-JK. Persamaan pemikiran dan pandangan terkait persoalan ini harus dilakukan, PAN dan PPP merupakan partai yang sangat dibutukan oleh Presiden Jokowi, karena kedua partai tersebut merupakan partai politik yang memiliki basis massa dari kalangan islam. Akan tetapi jika evaluasi yang dilakukan adalah untuk mempertanyakan posisi PAN dan PPP didalam koalisi dan berpikir untuk meninggalkan kedua partai tersebut, ini bukanlah solusi yang bijak dan tepat. Jokowi- JK harus tetap didukung oleh partai yang agamis, setidaknya dalam kebijakan yang berkaitan dengan agama. Mengeluarkan PAN serta PPP dan menggantikannya dengan Partai Gerindra bukan solusi yang tepat kerena Partai Gerindra adalah partai yang nasionalis. Oleh karena itu, evaluasi koalisi harus dilakukan dan menguatkan konsolidasi dengan PAN dan PPP agar dapat menyatukan pandangan, serta mempertahankan posisi Partai Gerindra yang harus tetap berada diluar sebagai kekuatan penyeimbang. 

Jumat, 19 Agustus 2016

Mahasiswa Unand Juara 1 National Debate Competition Ajang GEMBIRA 2016

www.unand.ac.id- Mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi Universitas Andalas meraih juara 1 National Debate Competition pada Ajang Gebyar Mahasiswa Bidikmisi Sumatera (GEMBIRA) tahun 2016 yang berlangsung di Universitas Bengkulu pada 14-18 April 2016 yang lalu. Ajang GEMBIRA ini diselenggarakan oleh Persatuan Mahasiswa dan Alumni Bidikmisi wilayah II (Sumatera).

Ajang GEMBIRA 2016 ini mengangkat tema “Semangat Generasi Bidikmisi Untuk Mewujudkan Kemandirian Bangsa Dalam Menyonsong Indonesia Emas 2045”. Kegiatan ini bertujuan untuk menjalin dan mempererat tali silaturahmi dalam meningkatkan solidaritas dan kebersamaan serta rasa kekeluargaan antara mahasiswa penerima Bidikmisi dari berbagai perguaran tinggi. Selain itu juga sebagai wadah komunikasi antar sesama penerima Bidikmisi se-Indonesia dan merumuskan program nasional sebagai wujud pengabdian serta dedikasi terhadap bangsa dan negara. 
Adapun peserta dalam GEMBIRA 2016 ini diikuti oleh kurang lebih dari 17 universitas diantaranya, IPB, UNPAD, UNSRI, Universitas Muhammadiyah Lampung, Universitas Andalas, Universitas Negeri Padang, Universitas Bengkulu, UIN Aluddin Makasar, Universitas Negeri Lampung, UIN Suska Riau, Universitas Hasanuddin  dan universitas lainnya.

Dari 17 Universitas yang mengikuti ajang tersebut pada perlombaan National Debate Competition tersebut delegasi Unand yang beranggotakan Edwin Martinez dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik bersama Muslimin, dan Lilian Andisty  dari Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen Internasional meraih juara pertama mengalahkan beberapa perguruan tinggi yang ikut bersaing. Selain itu, Edwin Martines juga meraih gelar best speaker dalam ajang yang sama.

Dua penghargaan tersebut disambut hangat Wakil Rektor III Unand Prof. Dr. Ir. Hermansah, MS, M.Si. Kedatangan delegasi kembali ke Unand disambut di ruangannya. Delegasi menyerahkan sertifikat penghargaan yang mereka raih kepada Wakil Rektor III sebagai oleh-oleh kepada Unand karena telah ditunjuk sebagai delegasi.

Wakil Rektor III mengatakan, bahwa pimpinan Unand selalu mendukung penuh mahasiswa yang ingin mengikuti ajang-ajang perlombaan. Apapun ivent yang sifatnya regional, nasional bahkan ajang internasional sebisa mungkin Unand akan terus mengirimkan delegasinya. Karena perlombaan merupakan ajang untuk tolak ukur kemampuan yang bisa menjadi acuan bahwa sudah bisakah kita bersaing dengan orang lain dengan kemampuan yang kita miliki.

Selain itu, Wakil Rektor III juga mengungkapkan prestasi yang telah diraih oleh Edwin dan tim hendaknya menjadi acuan bagi mahasiswa Bidikmisi lainnya. Karena meski dengan keterbatasan ekonomi seseorang tidak pernah dibatasi untuk terus berprestasi dan menghasilkan karya, karena selagi ada kemauan dan kemampuan pemerintah tentunya melalui perguruan tinggi akan terus menyokong hal itu.

Selain itu, Wakil Rektor III juga mengungkapkan setiap mahasiwa yang berprestasi akan diberikan reward sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan bidang kemahasiswaan. Reward ini merupakan sebuah penyemangat bagi mahasiswa agar mereka terus berkarya dan berinovasi serta membanggakan Unand khususnya dan umumnya Indonesia di mata dunia.

Senada dengan itu, Edwin Martines ketua tim delegasi mengatakan berprestasi merupakan kewajiban kami sebagai mahasiswa. Karena dengan belajar dan terus meningkatkan pengetahuan merupakan bagian dari bela negara. Karena dengan belajar kami akan bisa menunjukan kepada dunia bahwa Indonesia itu bisa bersaing dengan negara lain di dunia.

Selain itu, sesuai dengan tujuan dari GEMBIRA 2016 ini dimana dikatakan bahwa ajang ini bertujuan untuk mempertahankan eksistensi beasiswa Bidikmisi sebagai program unggulan pemerintah dalam bidang pendidikan dalam rangka memutus mata rantai kemiskinan agar terwujud. Karena dengan terus belajar dan meningkatkan pengetahuan, kita sebagai mahasiswa Bidikmisi tentu setelah tamat nanti akan bisa memperoleh pekerjaan yang lebih layak lagi sehingga bisa mendapatkan penghasilan dan bisa membantu orang tua.


Humas dan Protokol Unand

FISIP Unand Raih Juara 3 Lomba Debat Mahasiswa Tingkat Nasional

www.unand.ac.id- Tiga orang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas berhasil meraih Juara 3 lomba debat mahasiswa tingkat nasional pada acara Indonesia Debate and Essay Competition (IDEC) di Banda Aceh pada tanggal 14-18 Desember 2015 yang lalu. Acara yang bertemakan “Indonesia dalam Wacana” ini diselenggarakan oleh BEM FISIP Universitas Syiah Kuala yang terdiri dari dua kategori perlombaan, yaitu lomba debat dan kompetisi essay.

Berdasarkan keterangan dari Edwin selaku leader tim debat FISIP Unand, di awal kompetisi ini, setiap leader tim debat dari berbagai kampus di Indonesia yang ingin berpartisipasi dalam lomba ini diminta untuk mengirimkan essay singkat dengan sub-tema tertentu. Kemudian 16 tim dengan essay terbaik berdasarkan penilaian panitia diundang untuk mengikuti kompetisi debat nasional di Unsyiah, dan tim debat dari FISIP Unand yang terdiri dari Edwin Martinez (Jurusan Hubungan Internasional 2012), Muslimin (Jurusan Ilmu Politik 2013) dan Awani Yamora Masta (Jurusan Hubungan Internasional 2015) masuk dalam kategori 16 besar tersebut.

Peserta kompetisi debat ini tidak hanya berasal dari Fakultas ISIP saja, namun terbuka untuk semua ragam fakultas. Tim dari FISIP Unand sendiri menjadi satu-satunya tim yang mewakili nama Universitas Andalas. Secara teknis, mekanisme yang digunakan dalam debat berbahasa Indonesia ini ialah Asian Parlementary, dengan sistem akumulasi victory point pada 3 pertandingan di babak penyisihan dan sistem gugur pada babak perempat final, semifinal dan final.

“Awalnya kami cukup gugup, mengingat ini pertandingan pertama kami sebagai tim ditambah lagi sejumlah kampus dengan nama besar di Indonesia turut berpartisipasi, namun hal itu tidak menyurutkan semangat kami. Kami hanya berfokus untuk melakukan segala usaha yang terbaik, dan alhamdulillah kami bisa sampai sejauh ini. Terima kasih kepada pihak fakultas dan juga universitas yang telah mendukung kami secara moril maupun materil, dan terima kasih juga untuk dukungan semangat dari kawan-kawan mahasiswa FISIP Unand, salam SOLID,” demikian pernyataan Edwin selaku leader tim.

Berkenaan dengan hal ini, Wakil Dekan III FISIP Unand, Drs. Syaiful, M.Si mengatakan atas nama pihak fakultas ISIP Unand menyampaikan rasa bangga kepada Edwin, Muslimin dan Awani atas perolehan juara 3 dalam lomba debat bahasa Indonesia tingkat mahasiswa se-Indonesia dalam Indonesia Debate and Essay Competition ini. Harapannya ini menjadi motivasi bagi mahasiswa Unand khususnya FISIP untuk lebih semakin memacu prestasinya baik di tingkat nasional maupun internasional.

Syaiful juga menambahkan ada tiga poin rekomendasi seputar kegiatan mahasiswa ini untuk ke depannya. Pertama, harapan untuk kedepannya ada semacam tim dari universitas maupun fakultas untuk mempersiapkan dan melatih mahasiswa-mahasiswa yang memiliki talenta baik di bidang akademik, debat, orasi, seni, olahraga dan sebagainya. Karena selama ini yang kita lihat mahasiswa bergerak sendiri-sendiri karena memang tidak ada tim khusus dari dosen yang mensupervisi hal tersebut. Dengan adanya tim tersebut diharapkan nantinya persiapan pun akan lebih maksimal. Jadi, tidak hanya sekedar apresiasi seremonial, namun juga secara aktif turut mendukung lahirnya prestasi-prestasi tersebut.

Kedua, adanya alokasi anggaran khusus ataupun solusi anggaran talangan bagi mahasiswa yang akan mengikuti kompetisi, baik di awal, pertengahan, maupun akhir tahun. Sehingga tidak ada lagi mahasiswa yang tidak bisa mengikuti kompetisi hanya karena permasalahan biaya keberangkatan yang tidak mencukupi. Dan yang ketiga, pimpinan dan juga seluruh dosen tentunya berharap agar mahasiswa lebih proaktif dalam mencari dan juga saling berbagi informasi seputar perlombaan yang akan membawa harum nama universitas sehingga persiapan dapat dilakukan sejak dini dan peluang untuk berprestasi pun akan semakin terbuka lebar. (Info : FISIP UNAND)


Humas dan Protokol Unand

BEM KM Tolak Akui Kedaulatan Fakultas ‘Nan Sabaris’

gentaandalas.com- Usai melaksanakan diskusi Senin (22/2) lalu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)- Keluarga Mahasiswa (KM) Universitas Andalas (Unand) menolak untuk mengakui kedaulatan Fakultas ‘Nan Sabaris’ (Fakultas Ilmu Budaya, ISIP, dan Hukum). Hal ini diakui oleh Habibullah, perwakilan Fakultas Ilmu Budaya (FIB). “Pihak BEM KM Unand tidak atau belum mengakui kami sebagai BEM yang berdiri sendiri,” ujarnya.


Senada dengan Habibullah, Bayu Endri Purnama, Presiden Fakultas Hukum Universitas Andalas (FHUA) menjelaskan belum ada kata sepakat dari BEM KM Unand. “Di sini kami bermaksud untuk saling mengakui kedaulatan, bukan karena maksud lainnya. Ini supaya lebih dinamis dan lebih harmonis dalam menjalankan fungsi sebagai mahasiswa,” jelas mahasiswa angkatan 2013 tersebut.

Ditemui di sekretariat BEM KM Unand (24/2), Reido Deskumar, Presiden Mahasiswa KM Unand menjelaskan alasan BEM KM Unand tidak mengakui kedaulatan Fakultas ‘Nan Sabaris’. Ia mengatakan buku panduan Salingka Unand menerangkan bahwa struktur antara BEM universitas dan BEM fakultas sudah jelas. Selain itu  juga untuk menghargai dua belas fakultas lainnya. “BEM mengakui bahwa nggak ada negara dalam negara,” ujar mahasiswa Jurusan Teknik Mesin ini.


Fakultas ‘Nan Sabaris tetap’ kukuh untuk memisahkan diri meskipun BEM KM Unand menolak untuk mengakui kedaulatan fakultas tersebut. “Keinginan berpisah itu harga mutlak. Karena konstitusi sudah mengatur bahwa kita negara yang berdaulat dan merdeka. Terserah mereka  mau mengakui atau tidak, yang jelas hari ini kita sudah berpisah,” papar Muslimin, Wakil Presiden Negara Mahasiswa FISIP. (Fitri)

Lihat Berita Asli

Lima Tahun Vakum, FISIP Kembali Punya Presiden

Gentaandalas.com- Setelah sempat lima tahun vakum, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) akhirnya memiliki Presiden Negara Mahasiswa (NM) FISIP. Zarni Nugraha Saputra, Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi 2012 dan Muslimin, Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik 2013 diamanahkan sebagai Presiden dan Wakil Presiden (Wapres) FISIP. Selasa (21/4), Wakil Dekan (WD) III FISIP melantik presiden dan wapres yang diadakan di lobby jurusan Sosiologi. Acara pelantikan tersebut turut dihadiri oleh Presiden Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dan Fakultas Hukum (FH).
Dalam pidato kepresidenanya, Zarni mengatakan NM FISIP hadir untuk melanjutkan Negara demi rakyat FISIP yang lebih sejahtera dan berkualitas. “NM FISIP adalah wadah untuk mahasiswa FISIP berkreasi, berinovasi, dan berorganisasi. Terutama sebagai ruang dan laboratorium sosial kita dalam mempersiapkan diri sebagai pemuda penerus bangsa. Di sini kita bisa mengimplementasikan ilmu kita sebagai mahasiswa FISIP,” katanya.
Syaiful, WD III FISIP mengungkapkan rasa bangganya kepada mahasiswa FISIP. “Meskipun dengan keterbatasan, saya tetap bangga dengan mahasiswa FISIP yang telah bersusah payah dan berusaha untuk membangun kembali surau yang roboh. Saya berharap tidak ada lagi perpecahan serta pro dan kontra.” ungkapnya.  Ia juga berharap agar NM FISIP dapat menjadi penyalur aspirasi, sarana komunikasi dan pengembangan potensi diri, serta sarana pengembangan ilmu mahasiswa.
Hal senada turut dituturkan oleh Caisa Aamuliadiga, Presiden Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa  FH Unand. “Selamat kepada FISIP atas kembalinya Negara yang sempat vakum dan mendapatkan presiden. Saya berharap terdapat kerja sama antara tiga Negara, yaitu FISIP, FIB dan FH baik itu dalam bagian akademik maupun non-akademik,” tuturnya.
Zarni mengatakan ia akan segera menyusun program kerja jangka pendek NM FISIP. “Dalam waktu dekat ini kami akan mempersiapkan kementrian sebagai lembaga pembantu presiden dalam mencapai tujuan NM FISIP,” tutupnya. (Lizsa, Peri)